Ngabuburit Bareng Bu Dosen “Ngaji Perjodohan”

Syiar
Ramadlan di Universitas Negeri Surabaya diisi dengan beragam kegiatan,
diantaranya Ngabuburit bersama Bu Dosen yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis
(PPIS) Unesa. Ngabuburit pertama digelar pada Kamis, 30 Maret 2023 secara
virtual melalui Zoom dan kanal Youtube Official Unesa. Hadir pada kesempatan
tersebut Dr. Mutimmatul Faidah, M.Ag bersama Rangga Ardiansyah sebagai Host
dengan tema Perjodohan.
Mutimmatul menjelaskan bahwa Jadoh adalah pasangan “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah”. Ada kesepadanan dalam jodoh, yang baik diperuntukkan bagi yang baik, dan sebaliknya. Jodoh merupakan cerminan diri dan juga pelengkap diri.
Jodoh memang rahasia ilahi, takdir ikhtiyari, dimana manusia dianjurkan untuk menjemput jodoh. Disitir pula kisah cinta Nabi musa dengan Shafura Putri Nabi Syuaib. Musa menjemput jodoh dengan doa, dengan akhlak yang mulia, dengan menjaga pergaulan, dengan ketulusan, dengan ikhtiar dan perjuangan.
Diceritakan pula Kisah Cinta Bertepuk Sebelah tangan, adalah Mugiht yang sangat mencintai Barirah, namun ditolak. Cinta tidak bisa dipaksa, dicintai lebih membahagiakan dari pada memaksa untuk dicintai. Jangan sakit hati, jika cinta bertepuk sebelah tangan, masih banyak yang lain. Jangan terlalu berharap, mungkin saja orang yang selalu ada dalam doamu, justru dia mendoakan orang lain, demikian uraian B. Mutim.
Apakah pacaran merupakan ikhtiyar menemukan jodoh? Pertanyaan yang disampaikAn oleh Host, dijawab dengan tangkas oleh nara sumber bahwa Islam tidak mengenal Pacaran. Ada kisah ketika seorang sahabat memutuskan akan menikah, Nabi memberi saran “Pergi dan Lihatlah Dia?”. Dalam konteks jaman Nabi, cukup dengan melihat untuk menemukan sisi ketertarikan. Di jaman sekarang, melihat dapat dimaknai melihat performanya, kepribadiannya, keluarganya, lingkaran perrgaulannya dan seluk beluk yang lain, kata anak jaman sekarang, PDKT. PDKT diperbolehkan dengan niat untuk dinikahi, tentunya harus mengikuti norma Islam, tidak PDKT berduaan tetapi didampingi mahram dan menjaga pergaulan.
Antusiasme peserta terlihat
dari Jamaah Zoom yang mencapai 200 lebih, Youtube lebih dari 600 peserta serta
banyaknya pertanyaan yang muncul. Di antara pertanyaan tersebut, bagaimana jika
sudah ikhtiyar bertemu jodoh, tapi tidak ketemu-ketemu, serasa putus asa karena
selalu ditolak?, B. Mutim menjelaskan agar tidak boleh putus asa atau insecure,
“Bisa Jadi engkau menyukai seseorang, itu tidak baik bagimu, dan bisa jadi
engkau membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu”. Maka disarankan tetap
berpikir positif, berdoa, dan introspeksi diri, mengapa sering ditolak? Adakah
yang salah? Tampilannya, tutur katanya, atau perilakunya? Evaluasi internal
diri ini penting untuk perbaikan kualitas diri dan salah satu ikhtiyar
menjemput jodoh.
Share It On: